BAB 7
SISTEM
PERNAFASAN
1. ALAT PERNAPASAN MANUSIA
Terdiri:
a. Rongga hidung (cavum nasales)
b. Faring bronkus)
c. Trakea (batang tenggorokan)
d. Bronkus (cabang dari tenggorokan)
e. Bronkiolus (cabang dari bronkus )
f. Alveolus
g. Paru-paru
1.
Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar
dan tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang
oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian
oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian
depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang
oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah rongga hidung dibatasi
oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi olehethmoid, bagian
samping oleh tulangmaksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan
bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.Pada dinding lateral terdapat tiga
tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media dan konka inferior.
Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini
udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan
oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan
udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah
olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan
saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang
akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih
dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung. Menurut
hasil pengamatan, bernapas menggunakan hidung lebih baik daripada mulut.
Mengapa bisa dikatakan demikian? Hal ini tidak lepas dari kelengkapan system
yang terdapat di dalam hidung. Tahukah Anda mengenai hal itu? Hidung ini dapat
mengolah udara yang masuk ke paru-paru agar menjadi nyaman, di antaranya
mengatur suhu udara, kelembapan dan kebersihan udara yang akan masuk ke
paru-paru. Kualitas udara yang baik akan membuat paru-paru lebih sehat.
Fungsi hidung, antara lain seperti berikut.
a. Menghangatkan
Udara
Hidung dapat berfungsi menghangatkan udara. Hal ini
didukung oleh struktur pembuluh darah yang ada di sekitar hidung. Di sekitar
rongga hidung terdapat banyak sekali pembuluh darah yang sangat kecil dan
sangat tipis dindingnya. Karena strukturnya yang seperti ini, maka panas yang berasal
dari darah sisa berpindah ke udara yang melewatinya sehingga dapat menghangatkan
udara tersebut. Sekalipun suhu udara yang terhirup dingin, tetapi hidung selalu
mempunyai strategi untuk menghangatkan udara, dengan cara membesarkan pembuluh-pembuluh
darah sehingga akan menambah luas permukaan untuk proses penghangatan udara
yang lebih besar. Coba pikirkan, mengapa udara harus dihangatkan seperti
dijelaskan di atas? Ini karena suhu udara yang masuk ke dalam paru-paru harus mendekati
suhu darah.
b. Melembapkan
Udara
Bagaimana cara hidung melembapkan udara? Hidung
mensekresikan lendir, bahkan setiap harinya lendir yang diekskresikan mencapai
± 1 liter.
Dengan adanya lendir tersebut, maka air akan diuapkan
untuk melaksanakan proses pelembapan udara tersebut, dengan demikian udara yang
masuk ke paru-paru akan selalu dalam keadaan lembap, yaitu ± 80%.
c. Membersihkan
Udara
Dengan adanya lendir yang terdapat pada hidung, ternyata
dapat menjerat kotoran atau kuman yang berhasil lolos dari saringan. Selain
itu, di dalam rongga hidung juga terdapat bulu-bulu getar, yang berfungsi
sebagai penyaring udara. Seseorang yang sedang sakit influenza atau pilek, ia
akan merasakan makanan hambar
2. Laring
Bagian sebelah atas laring disebut faring. Bagian ini
memiliki panjang ± 4 cm. Struktur laring disusun oleh kepingan tulang rawan,
antara lain seperti berikut.
a. Tulang rawan epiglotis
Tulang rawan epiglotis berjumlah satu dan terletak di
puncak laring berbentuk daun.
b. Tulang rawan tiroid
Tulang ini berjumlah satu, berbentuk seperti perisai yang
terletak di sebelah anterior dari laring. Pada pria dan wanita ada perbedaan
pada tulang rawan tiroid ini, yaitu pada pria lebih besar dan menonjol yang membentuk
jakun.
c. Tulang rawan krikoid
Tulang rawan krikoid berjumlah satu dan membatasi bagian
bawah laring berbentuk cincin.
d. Tulang rawan aritenoid
Tulang rawan aritenoid berjumlah dua dan terletak di atas
krikoid. Tulang rawan aritenoid berhubungan dengan pita suara.
e. Tulang rawan kuneiformis
Tulang rawan kuneiformis berjumlah dua dan terletak di
antara epiglottis dan aritenoid.
f. Tulang rawan kornoculatum
Tulang rawan kornoculatum berjumlah dua dan terletak di
atas aritenoid.
Laring memiliki 2 cabang yang membentuk
saluran makanan yang disebut esophagus dan saluran pernapasan yang disebut
trakea. Untuk mengatur kedua fungsi tersebut, maka laring ini memiliki katup yang
dapat membuka dan menutup yang disebut epiglotis,. Katup ini berfungsi
untuk mengatur jalannya udara dan makanan. Itulah sebabnya saat kita menelan
makanan tidak mungkin bersamaan dengan menghirup udara. 3. Trakea (Tenggorokan)
Trakea berada di daerah leher dan disusun oleh tulang rawan yang berbentuk
seperti cincin dengan panjang ± 10 cm. Dinding trakea terdiri atas jaringan
ikat dan memiliki otot polos, pada bagian tengah terdapat bulu-bulu halus yang
berfungsi untuk mengeluarkan debu atau kotoran. Trakea memanjang ke bawah dan
ujungnya bercabang dua yang disebut bronkus menuju paru-paru kiri dan
kanan. Apabila pada bagian ini kemasukan debu akibatnya terjadi penyempitan
pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan seseorang sukar bernapas. Itulah
sebabnya seseorang akan merasa bersin jika saluran pernapasan kemasukan benda
asing yang mengganggu pernapasan. Batang trakea bagian dalam dilapisi oleh
selaput lendir. Antara selaput lendir yang meliputi itu ada sepasang selaput
yang letaknya melintang dari bagian muka ke belakang disebut pita suara.
3. Bronkus
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan
dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih
vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan
mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih
mudah terserang penyakit bronkhitis. Pada seseorang yang menderita asma bagian
otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan
untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi
alergi. Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada
penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir. Bronkus kemudian
bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan membentuk bronkiolus.
Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
4. Paru-paru
tersusun atas dua bagian, yaitu paru-paru kiri dan kanan .Organ
ini terletak di dalam rongga dada. Paru parukanan berukuran lebih besar
daripada kiri. Berat paruparu kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri
sekitar 560 gram. Hal ini disebabkan karena paru-paru kanan terdapat tiga
bronkiolus, sedangkan paru-paru kiri terdapat 2 bronkiolus. Di dalam paru-paru
ini bronkiolus bercabang-cabang lagi membentukgelembung udara yang disebut alveolus.
Alveolus ini memiliki dinding yang elastis dan banyak
mengandung kapiler darah, di situlah terjadinya pertukaran udara secara proses
difusi, oksigen akan diikat sedangkan CO2 dan air akan dilepaskan. Adanya
alveolus ini mengakibatkan struktur paruparu seperti kasur busa yang memiliki
rongga-rongga atau kantung kecil. Alveolus berjumlah 600 juta, sehingga dapat
memperluas permukaan paru paru. Pada usia 8 tahun, jumlah alveolus seseorang
tidak akan mengalami penambahan jumlah. Struktur alveolus menyerupai setangkai
buah anggur, dan sel-selnya bersifat lentur sehingga akan mudah mengembang dan mengempis
untuk menarik dan menghembuskan napas. Kantong-kantong ini bersifat lentur
karena dilumasi satu zat yang disebut surfaktan. Pada seseorang yang
menderita emfisema, alveolusnya mengalami gangguan kelenturan sehingga sulit
untuk mengembang dan mengempis. Itulah sebabnya orang tersebut sulit untuk
bernapas. Paru-paru ini dibungkus oleh selaput pembungkus yang disebut pleura,
yang tersusun rangkap dua. Di antara kedua pleura terdapat cairan limfe,
yang mempunyai peranan untuk melindungi paru-paru dari gesekan ketika mengembang
dan mengempis.
2.
MEKANISME PERNAPASAN
Pernapasan dada terjadi bila otot-otot tulang rusuk luar berkontraksi,
akibatnya tulang rusuk naik dan volume rongga dada akan lebih kecil daripada
udara luar. Karena adanya perbedaan tekanan udara ini, maka udara luar masuk ke
dalam rongga dada, sehingga terjadi proses inspirasi. Proses ekspirasi
terjadi apabila otot antar tulang rusuk dalam berkontraksi. Akibatnya,
tulang rusuk turun dan volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di
dalam rongga dada akan lebih besar. Selanjutnya, udara akan terdorong ke luar.
Urutan pernapasan dada
Proses inspirasi
Tulang rusuk berkontraksi tulang rusuk naik
volume rongga dada membesar, berakibat tekanan udaranya kecil udara
masuk
Proses ekspirasi
Tulang rusuk mengendur, tulang rusuk turun,volume rongga
dada mengecil berakibat tekanan udaranya besar udara keluar
2. Pernapasan Perut
Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi
apabila otot diafragma (sekat rongga dada) mendatar dan volume rongga dada
membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil daripada
udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi terjadi apabila
otot-otot
diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume rongga dada
mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar daripada
udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar.
Untuk memahami penjelasan ini, perhatikan pula urutannya
di bawah ini!
Urutan pernapasan perut
Proses inspirasi
Otot-otot mengendur Otot diafragma mendatar
volum rongga dada membesar tekanan udara rongga dada lebih kecil
udara masuk
Proses ekspirasi
Otot diafragma berkontraksi volume rongga dada
mengecil tekanan udara rongga dada lebih besar udara ke luar
3. VOLUME DAN
KAPASITAS UDARA PERNAPASAN
Anda telah mengetahui bahwa frekuensi pernapasan antara
seseorang dengan orang lain berbeda-beda. Begitu pula volume udara pernapasan
antara orang satu dengan lainnya juga tidak sama. Hal ini ditentukan oleh
ukuran paru-paru, kekuatan bernapas, dan cara bernapas. Untuk mengatur volume
udara yang keluar masuk paru-paru digunakan suatu alat yang disebuat spirometer.
Dalam keadaan biasa, udara yang diisap dan dikeluarkan manusia sebanyak 500 cc.
Sebenarnya tidak seluruh udara sampai ke dalam paruparu, tetapi hanya 350 cc
saja, sedangkan 150 cc hanya sampai pada saluran
pernapasan. Setelah kita menghirup udara pernapasan biasa
sebanyak 500 cc tersebut, ternyata kita masih dapat menarik napas
sedalam-dalamnya, sebanyak 1500 cc yang disebut dengan udara komplementer.
Ketika kita mengeluarkan napas biasa sebanyak 500 cc, setelah itu ternyata kita
dapat menghembuskan napas sekuat-kuatnya, sebanyak 1.500 cc yang disebut udara
suplementer (cadangan). Walaupun sudah menghembuskan napas sekuat-kuatnya,
ternyata masih ada udara yang tertinggal dalam paru-paru sebanyak 1.000 cc.
Udara ini disebut udara residu. Jika kita menghirup napas
sedalam-dalamnya kemudian menghembuskannya sekuat-kuatnya, maka volume udara
yang masuk keluar sebesar 3.500 cc dan disebut kapasitas vital paru-paru.
Adapun jumlah volume udara yang berada dalam paru-paru sebanyak 4.500 cc
disebut kapasitas total paruparu.
Di dalam rongga hidung, faring, laring, trakea, brokus,
dan bronkiolus terdapat ruangan udara yang bervolume kira-kira 150 cc. Ruangan
ini tidak berhubungan langsung dengan alveoli sehingga tidak turut dalam proses
respirasi eksternal. Ruangan ini disebut dead speace. Volume tidal
(per-napasan)
500 cc tidak semua mencapai alveoli. Udara yang masuk
alveoli sebanyak 500 cc – 150 cc = 350 cc. Dalam keadaaan normal sewaktu
istirahat, seseorang akan bernapas sebanyak 12 kali per menit. Bila dihubungkan
dengan volume pernapasan maka terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui,
yaitu sebagai berikut.
1. Ventilasi pulmonal, yaitu volume tidal dikalikan
dengan jumlah pernapasan
per menit.
500 cc × 12 = 6.000 mil per menit.
2. Ventilasi alveoli, yaitu volume udara yang masuk
alveoli dikalikan jumlah
pernapasan per menit.
(500cc – 150 cc) × 12 = 4.200 mil per menit.
4.FREKUENSI
PERNAFASAN
Frekuensi
pernapasan dipengaruhi oleh jens kelamin,umur,suhu tubuh,posisi tubuh maupun
kegiatan. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa normal dan sehat berksar
antara 15-20 permenit. Pernapasan wanita lebih cepat daripada pernapasan
laki-laki. Semakin tua umur seseorang, frekuensi penapasan semakin berkurang
atau semakin lamban. semakin tinggi tubuh semakin menngkat frekuensi
pernapasan. Frekuensi prnpasan orang yang berbaring lebih rendah daripada orang
yang duduk/berdiri. Demikian pula orang yang tidak melakukan kegiatan frekuensi
pernapasannya lebih rendah daripada orang yang bekerja keras. Kekurangan
oksigen menyebabkan kecepatan pernapasan bertambah, sedangkan bila konsentrasi
karbon dioksida bertambah kecepatan pernapasan bertambah pula. Gerakan
pernapasan diaur oleh sistem saraf pusat pada medulla oblongata (sumsum
penyambung) yang terdiri dari pusat inspirasi dan pusat ekspirasi. Kedua pusat
ini bekerja secara bergantiansehingga terjadi ritme pernapasan.
5. PROSES
PERNAPASAN MANUSIA
(PROSES PERTUKARAN OKSIGEN DAN KARBONDIOKSIDA)
Pengambilan udara masuk berupa oksigen (O2) ke
dalam paru-paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkannya
kembali dalam bentuk karbon dioksida (CO2) dan uap air yang disebut
proses ekspirasi. Pada proses tersebut terjadi pertukaran gas secara difusi.
Proses yang pertama yaitu pertukaran O2 dari udara dalam alveolus dengan CO2
dalam kapiler darah yang disebut dengan pernapasan luar (pernapasan
eksternal), sedangkan proses yang kedua adalah pertukaran O2 dari aliran
darah dengan CO2 dari sel-sel jaringan tubuh yang disebut pernapasan dalam (pernapasan
internal).
1. Pernapasan Ekternal
Pernapasan eksternal merupakan pertukaran O2 dari
udara dengan CO2 dari kapiler darah dalam alveolus. Pada
sistempernapasan ekternal O2 di dalamelveolus masuk ke kapiler arteri darah
dengan cara berdifusi. Proses difusi ini dapat berlangsung karena perbedaan
tekanan parsial antara O2 dalam alveolus dengan O2 dalam kapiler
darah. Tekanan parsial O2 dalam alveolus lebih tinggi dibanding O2
dalam kapiler darah. Proses difusi akan terjadi dari daerah yang bertekanan
parsial tinggi ke daerah yang bertekanan parsial rendah. Di dalam kapiler
arteri darah O2 kemudian akan diikat oleh hemoglobin.
Proses pengikatan O2 oleh hemoglobin melalui
reaksi sebagai berikut.
Hb + O2 HbO2
(hemoglobin) (oksihemoglobin)
Oksigen atau O2 yang diikat hemoglobin akan dibawa
ke seluruh tubuh untuk diberikan ke sel (mitokondria) untuk proses oksidasi.
Oksidasi dalam sel akan menghasilkan CO2 yang kemudian akan diangkut
lewat kapiler vena darah menuju alveolus. CO2 dalam alvelous ini akan
dikeluarkan lewat paru-paru. CO2 diangkut sebagai ion bikarbonat (HCO3 ).
Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut.
H+ + HCO3. H2CO3 H2O + CO2
Reaksi tersebut bisa berjalan dengan baik karena adanya
enzim karbonat
anhidrase, yang terdapat dalam sel-sel darah merah.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal, yaitu proses pertukaran O2 dan
CO2 dari kapiler darah ke sel-sel tubuh. Pada pernapasan internal O2 yang
sudah terikat pada hemoglobin dalam bentuk oksihemoglobin diangkut menuju sel.
HbO2 .Hb+O2
Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengikat dan
melepaskan oksigen. Selanjutnya,
oksi hemoglobin akan melepaskan O2 ke dalam jaringan tubuh atau
sel. Kemudian O2 akan diterima oleh mitokondria untuk oksidasi. Semakin
banyak O2 yang masuk ke dalam sel maka semakin banyak pula CO2
yang dihasilkan dari proses oksidasi. CO2 akan berdifusi masuk ke
kapiler
vena darah. CO2 ini akan diangkut oleh kapiler
vena darah menuju alveolus. Pengangkutan CO2 tersebut melalui tiga cara
berikut.
a. CO2 larut dalam plasma dan membentuk asam karbonat,
reaksi yang terjadi sebagai berikut.
CO2 + H2OH2CO3
Cara seperti ini dilakukan, tetapi persentase terjadinya
hanya 5%.
b. CO2 diangkut dengan membentuk karbominohemoglobin. CO2
ini berdifusi ke dalam sel darah merah dan berikatan dengan Amin (-NH2). Amin merupakan
protein dari hemoglobin. Proses seperti ini dilakukan, tetapi persentase
terjadinya 30%.
c. CO2 diangkut dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3). Proses
ini berantai dan disebut pertukaran klorida. CO2 bersenyawa dengan air
membentuk asam karbonat, yang mengurai menjadi H+ + HCO3. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3
Reaksi itu dapat berjalan dengan baik karena adanya enzim
karbonat anhidrase. HCO3 akan keluar dari sel darah merah dan masuk plasma
darah. Kedudukan HCO3 diganti dengan ion klorida. Proses seperti ini paling
sering dilakukan, persentase terjadinya proses ini sekitar 65%. O2 yang masuk
ke dalam jaringan kemudian akan diberikan pada mitokondria (organela sel) untuk
respirasi seluler (. Dari respirasi selular itulah energi dihasilkan. Tetapi
dalam peristiwa ini tidak hanya O2 saja yang diperlukan, melainkan juga
makanan.
Udara dapat masuk dan keluar paru-paru karena
adanya tekanan udara luar dengan udara dalam paru-paru. Perbedaan tekanan ini
disebabkan oleh terjadinya perubahan besar-kecilnya rongga udara, rongga perut,
dan rongga alveolus. Perubahan besarnya rongga ini terjadi karena kerja otot
otot pernapasan, yaitu otot antara tulang rusuk dan otot diafragma. Proses
pernapasan meliputi dua tahap berikut.
1. Proses Inspirasi
Pada proses ini terjadi pengisapan oksigen dari luar ke
dalam paru-paru, Bila otot diafragma berkontraksi, maka diafragmanya akan
mendatar. Pada waktu inspirasi maksimum, otot antartulang rusuk berkontraksi
sehingga tulang rusuk terangkat. Keadaan ini akan menambah besarnya rongga
dada. Mendatarnya diafragma dan terangkatnya tulang rusuk menyebabkan rongga
dada bertambah besar, diikuti mengembangnya paru-paru, sehingga udara luar
masuk melalui hidung.
2.
Proses Ekspirasi
Proses ini terjadi ketika kita menghembuskan udara. Pada
proses ini terjadi proses pengeluaran karbon dioksida dan uap air dari
paru-paru keluar tubuh Pada gambar terlihat otot-otot dinding diafragma
mengendur dan ditekan ke atas oleh organ perut, tulang rusuk kembali ke posisi
semula,
sehingga rongga dada menyempit. Akibatnya udara dapat
terdorong keluar paru-paru. Untuk dapat memahami system kerja organ-organ
pernapasan di atas.
6.
KELAINAN-KELAINAN PADA SISTEM PERNAPASAN
Sistem pernapasan manusia bisa mengalami gangguan atau
kelainan karena sebab-sebab tertentu. Kelainan tersebut bisa disebabkan oleh
infeksi kuman, faktor bawaan, ataupun kebiasaan hidup yang salah. Kelainan atau
gangguan pada sistem pernapasan manusia, antara lain
seperti berikut.
1. Asma
Sebagian besar penyakit asma merupakan penyakit bawaan.
Kambuhnya penyakit ini, antara lain karena udara kotor, udara dingin, alergi
sesuatu benda, ataupun stress. Seseorang yang menderita penyakit ini ketika
kambuh, otot-otot bronkusnya berkontraksi sehingga akan mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan. Gejala penyakit ini, antara lain sulit
bernapas, bunyi napas mendesah, dan batuk-batuk.
2. Sinusitis
Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang terjadi pada
sebelah atas rongga hidung (sinus paranasalis). Gejalanya berupa hidung
tersumbat, ingus berbau, berwarna kuning hijau, dan sakit di daerah sinus yang
terserang.
3. Renitis
Penyebab penyakit ini, yaitu adanya radang yang terjadi
pada rongga hidung. Peradangan tersebut menyebabkan terjadinya bengkak pada
rongga hidung dan mengeluarkan lendir. Peradangan ini dapat terjadi karena
alergi terhadap benda tertentu.
4. Bronkitis
Penyakit bronkitis terjadi karena adanya radang pada
selaput lendir, trakea, dan saluran bronkia. Gejala yang mengiringi
penyakit ini, antara lain demam, dada terasa nyeri, dan mengalami batuk.
5. Tonsilitis
Penyebab penyakit ini, yaitu adanya pembengkakan kelenjar
limfe di daerah tekak. Akibat pembengkakan tersebut menyebabkan penyempitan pada
saluran pernapasan. Terjadinya pembengkakan dikarenakan infeksi suatu bakteri.
Gejala penyakit ini, antara lain demam, tenggorokan nyeri sehingga sulit
menelan, dan nyeri otot.
6. Tuberculosis (TBC)
TBC termasuk penyakit menular. Penyakit ini disebabkan
karena bakteri Mycobacterium tuberculosa. Seseorang yang menderita
penyakit ini akan mengalami peradangan pada dinding alvelous sehingga difusi O2
akan terganggu.
7. Emfisema
Pada penderita emfisema, pada bagian alveolus robek,
akibatnya pertukaran gas ke bagian-bagian alveolus terganggu dan daerah
pertukaran gas menjadi lebih sempit.
8. Difteri
Seseorang yang menderita penyakit ini, pada bagian laring
dan bronkusnya mengalami penyumbatan berupa lendir. Sekresi lendir ini
disebabkan oleh bakteri difteri.
9. Asfiksi
Penyakit asfiksi mengakibatkan seseorang mengalami
gangguan dalam pengangkutan oksigen.
10. Pneumonia
Pada penderita pneumonia bagian alveolus terisi banyak
lendir yang disebabkan terinfeksinya dinding alveolus oleh bakteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar